MASYARAKAT Kalimantan Barat
ternyata cukup komsumtif. Hal ini berdasarkan analisa Pemimpin Bank
Indonesia Pontianak Hilman Tisnawan. “Dalam beberapa bulan terakhir,
saya amati ada keanehan dalam ekonomi kita. Inflasi Kalbar lebih tinggi
daripada inflasi nasional. Tapi rata-rata Produk Domestik Regional
Bruto-nya dibawah rata-rata nasional,” ujarnya.Jika dinalar,
inflasi yang tinggi menandakan aktivitas ekonomi yang tinggi pula. Artinya sisi produksi di wilayah itu bergerak dan tinggi. Namun di Kalbar, sisi produksinya masih kalah dibanding daerah lain, yang inflasinya lebih rendah. Kesimpulannya, sektor produksi Kalbar masih kalah oleh sektor konsumsinya. Lalu dari mana masyarakat Kalbar bisa komsumtif kalau tidak ada uang?
“Kalau dilihat uang di Kalbar ini banyak yang datang dari luar, seperti Jakarta contohnya. Orang-orang yang merantau ke sana banyak mengirim uang ke Kalbar. Atau orang di sini banyak yang membuka usaha di luar Kalbar, lalu uangnya dibawa lagi kesini dan berputar. Tapi jangan salah paham, Ini bukan berarti negatif,” jelasnya. Namun, menurut Hilman, akan lebih baik bila produksi di daerah Kalbar lebih tinggi dari rata-rata nasional.Bulan Agustus lalu, dua kota di Kalbar masuk sepuluh besar dari 66 kota se-Indonesia untuk inflasi tertinggi. Inflasi Kota Pontianak bahkan menempati urutan tertinggi di Pulau Kalimantan, dengan angka 1,78 persen. Ini merupakan yang teringgi ke tujuh dari 66 kota se-Indonesia.
Sementara posisi pertama nasional ditempati oleh Kota Pangkal Pinang dengan inflasinya yang hingga 3,05 persen. Secara umum inflasi terjadi akbiat naiknya harga berbagai barang dan jasa, khususnya bahan makanan. andil terbesar pada inflasi antara lain, naiknya harga telur dan daging ayam ras, ikan laut, dan lain-lain. Sementara kota lain di Kalbar yang juga inflasi adalah Singkawang sebesar 1,50 persen. (ars)
Oleh, Sumber : Hilman Tisnawan
http://00sintang.blogspot.com/2011/10/kondisi-perekonomi-kalbar.html
inflasi yang tinggi menandakan aktivitas ekonomi yang tinggi pula. Artinya sisi produksi di wilayah itu bergerak dan tinggi. Namun di Kalbar, sisi produksinya masih kalah dibanding daerah lain, yang inflasinya lebih rendah. Kesimpulannya, sektor produksi Kalbar masih kalah oleh sektor konsumsinya. Lalu dari mana masyarakat Kalbar bisa komsumtif kalau tidak ada uang?
“Kalau dilihat uang di Kalbar ini banyak yang datang dari luar, seperti Jakarta contohnya. Orang-orang yang merantau ke sana banyak mengirim uang ke Kalbar. Atau orang di sini banyak yang membuka usaha di luar Kalbar, lalu uangnya dibawa lagi kesini dan berputar. Tapi jangan salah paham, Ini bukan berarti negatif,” jelasnya. Namun, menurut Hilman, akan lebih baik bila produksi di daerah Kalbar lebih tinggi dari rata-rata nasional.Bulan Agustus lalu, dua kota di Kalbar masuk sepuluh besar dari 66 kota se-Indonesia untuk inflasi tertinggi. Inflasi Kota Pontianak bahkan menempati urutan tertinggi di Pulau Kalimantan, dengan angka 1,78 persen. Ini merupakan yang teringgi ke tujuh dari 66 kota se-Indonesia.
Sementara posisi pertama nasional ditempati oleh Kota Pangkal Pinang dengan inflasinya yang hingga 3,05 persen. Secara umum inflasi terjadi akbiat naiknya harga berbagai barang dan jasa, khususnya bahan makanan. andil terbesar pada inflasi antara lain, naiknya harga telur dan daging ayam ras, ikan laut, dan lain-lain. Sementara kota lain di Kalbar yang juga inflasi adalah Singkawang sebesar 1,50 persen. (ars)
Oleh, Sumber : Hilman Tisnawan
http://00sintang.blogspot.com/2011/10/kondisi-perekonomi-kalbar.html
0 komentar:
Posting Komentar